Permintaan Hunian Diprediksi Tetap Akan Tinggi
Industri properti di tanah air saat ini bisa dibilang sedang tidak baik-baik saja karena semakin ketatnya persaingan.
Penulis:
Erik S
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pengembang (developer) properti dituntut memiliki strategi khusus dalam menghadapi tantangan dan industri pasar.
Industri properti di tanah air saat ini bisa dibilang sedang tidak baik-baik saja karena semakin ketatnya persaingan.
Dharma Mitra - President Commissioner PT. Modernland Realty Tbk mengatakan pihaknya menetapkan berbagai cara dalam mempertahankan pasar.
Baca juga: Wisata Healing Meningkat, Tabanan Muncul sebagai Magnet Baru Investasi Properti
“Perseroan berencana menetapkan berbagai strategi pemasaran dalam rangka mempertahankan pangsa pasar serta meraih peluang usaha," kata Dharma Mitra.
Dharma Mitra mengatakan pihaknya tetap optimis penjualan properti akan tetap punya peluang di tengah kelesuan ekonomi. Alasannya, hunian merupakan kebutuhan primer.
"Kedepan Perseroan akan melanjutkan peluncuran fase selanjutnya dari town housing yang telah perkenalkan di kuartal 2 tahun 2025 ini. Selain itu kami juga meyakini penjualan properti akan tetap prospektif, meskipun tekanan ekonomi global yang meningkat, mengingat hunian merupakan kebutuhan primer yang akan terus meningkat permintaannya di masa depan," beber Dharma.
Baru-baru ini, PT. Modernland Realty Tbk mendapat penghargaan Hubexo Asia Awards 2025
Menurut Dharma keberhasilan tersebut semakin memacu agar memberikan yang terbaik kepada konsumen.
“Komitmen kami dengan melakukan peluncuran proyek-proyek terbaru, melakukan percepatan groundbreaking dan pembangunan proyek, serta mempercepat proses serah terima unit untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap proyek Perseroan,” pungkasnya.
Bagaimana kondisi dan proyeksi sektor properti tahun 2025?
Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), Joko Suranto menyampaikan, sektor properti memang sedang mengalami berbagai tekanan. Mulai dari adanya pergeseran kelas menengah, penutupan pabrik, PHK, serta tekanan daya beli masyarakat.
Meskipun ia juga tak memungkiri bahwa realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih tumbuh positif secara (year on year/yoy).
"Cuma kan kecil. Apalagi kalau di komersial properti itu biasanya double digit, sekarang hanya 6 persen. Artinya drop-nya sangat tinggi," ujar Joko dikutip dari Kompas.com pada Senin (5/5/2025).
Baca juga: Wisata Healing Meningkat, Tabanan Muncul sebagai Magnet Baru Investasi Properti
Kendati demikian, Joko masih berekspektasi positif bahwa sektor properti Indonesia masih akan tumbuh tahun 2025.
Angka pertumbuhannya diharapkan bisa mencapai double digit, melampaui saat ini yang masih satu digit.
"Kalau saya berani berekspektasi positif dengan syarat ketentuan. Syarat ketentuannya ya Program 3 Juta Rumah itu segera dikerjakan," tuturnya.
bank bjb bersama bjb Syariah Serahkan 1.080 Rumah FLPP, Wujudkan Impian Keluarga Indonesia |
![]() |
---|
Wisata Healing Meningkat, Tabanan Muncul sebagai Magnet Baru Investasi Properti |
![]() |
---|
Rumah Pertama Semakin Sulit Dijangkau, Model Inden Digital Jadi Alternatif Baru |
![]() |
---|
Kemudahan Akses dan Skema Pembiayaan Jadi Daya Tarik Membeli Rumah |
![]() |
---|
Setiap Krisis Selalu Hadirkan Peluang Baru bagi Industri Properti Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.