Rabu, 17 September 2025

Solidaritas Antar-Etnis Dinilai Efektif Tangkal Upaya Pecah-belah Bangsa

Seperti diaspora Indonesia yang sudah menjadikan negara asing sebagai tanah airnya, Tionghoa pun memandang Indonesia sebagai tanah air mereka

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
istimewa
KOHESI ETNIS TIONGHOA - Dari kiri ke kanan: Sejarawan Didi Kwartanada, Peneliti Pasca Doktor Monash University, Australia; Ravando Lie, Peneliti Pusat Riset politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Lidya Christin Sinaga, Asisten Pengacara Publik LBH Jakarta Daniel Winarta, dan moderator Sekretaris Forum Sinologi Indonesia (FSI) Muhammad Farid di Seminar “Bagi Indonesia: Tionghoa dan Aktivisme dari Masa ke Masa.” Diskusi ini diselenggarakan Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI), Aspertina, dan Forum Sinologi Indonesia (FSI) di Jakarta 13 September 2025.   

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Solidaritas antar-etnis, terutama antara etnis Tionghoa dan masyarakat lainnya di Indonesia, belakangan dinilaisemakin menguat. 

Meningkatnya solidaritas itu terlihat dalam peristiwa aksi demonstrasi masyarakat yang terjadi akhir bulan Agustus 2025 lalu di Jakarta, di mana seruan sejumlah oknum agar menjadikan toko-toko milik Tionghoa sebagai sasaran kerusuhan, direspons oleh masyarakat.

Sebaliknya, masyarakat bahu-membahu mengajak masyarakat lainnya agar saling menjaga dan saling melindungi warga masyarakat.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) Andrew Susanto mendorong agar Tionghoa semakin aktif untuk bersama-sama membangun bangsa. 

“Kiprah para tokoh Tionghoa pada masa lalu dan kini menunjukan bahwa Tionghoa adalah bagian integral yang tak terpisahkan dari bangsa Indonesia," ujarnya.

"Karena itu penting bagi kita untuk memperkokoh keyakinan tersebut, sehingga perlu untuk bersama-sama membangun Republik Indonesia yang kita cintai ini,” kata Andrew di acara diskusi publik bertajuk Bagi Indonesia: Tionghoa dan Aktivisme dari Masa ke Masa.  

Diskusi ini diselenggarakan Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI), Aspertina, dan Forum Sinologi Indonesia (FSI) di Jakarta 13 September 2025 dan dihadiri Ketua Umum IPTI Ardy Susanto Oey, dan Ketua sekaligus pendiri FSI, Johanes Herlijanto.

Baca juga: Saleh Husin: Kwik Kian Gie, Ekonom Senior Keturunan Tionghoa yang Nasionalismenya Patut Dicontoh

 Dalam sambutannya Ardy menekankan, sama seperti diaspora Indonesia yang sudah menjadikan negara asing sebagai tanah airnya, Tionghoa pun memandang Indonesia sebagai tanah air mereka.

Bagi para peneliti dan pemerhati yang tergabung dalam FSI, menguatnya solidaritas di atas merupakan hasil positif dari makin berkembangnya pandangan bahwa Tionghoa adalah bagian yang utuh dari bangsa Indonesia, tak kurang sedikit pun.

Dalam anggapan para peneliti itu, pandangan tersebut merupakan sebuah pandangan yang benar, karena terbukti di dalam sejarah Indonesia. 

“Sejak pembangunan bangsa Indonesia mulai berlangsung, selalu terdapat kelompok Tionghoa yang memilih untuk berpihak pada bangsa Indonesia, yang mereka anggap sebagai bangsa mereka sendiri, alih-alih berpihak pada kekuatan asing, baik itu kolonial Belanda, ataupun China,” ujar Sekretaris FSI Muhammad Farid. 

Menurutnya, dalam berbagai zaman baik di masa lalu maupun sekarang ini, tak sedikit tokoh-tokoh Tionghoa dari berbagai usia turut terlibat dalam aktivisme yang bertujuan membela masyarakat, serta menyerukan adanya pemerintahan yang lebih baik di negeri ini. 

“Pada masa lalu, kita mengenal nama-nama seperti Soe Hok Gie, Yap Thiam Hien, Ester Indahyani Yusuf, Hendrawan Sie, dan Yap Yun Hap, yang bukan saja berjuang, tetapi mengorbankan dirinya bagi perjuangan demi bangsa dan masyarakat yang lebih baik,” ungkap Farid. 

Sebagai pengingat, baik Hendrawan Sie dan Yap Yun Hap adalah dua orang aktivis mahasiswa yang berlatar belakang etnik Tionghoa, yang gugur dalam dua aksi protes terpisah pada tahun 1998, ketika Indonesia sedang bertransformasi menuju era reformasi.

Sedangkan Soe Hok Gie adalah aktivis mahasiswa pada tahun 1960-an, yang dikenal dengan sikapnya yang menentang Partai Komunis Indonesia (PKI), namun juga berani melontarkan kritik terhadap pemerintahan Orde Baru. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan