Berkat Beasiswa Putri Papua Sandang Gelar Dokter, Siap Hadirkan Solusi Kesehatan di Tanah Kelahiran
dr. Aprilda Yulifa Thalia, putri Papua penerima beasiswa dari PT Freeport, menegaskan komitmennya untuk kembali ke tanah kelahirannya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya kembali melahirkan 23 dokter baru melalui prosesi pengambilan sumpah dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (4/11/2025).
Salah satu yang menarik perhatian adalah dr. Aprilda Yulifa Thalia Thomas Karupukaro, putri Papua penerima beasiswa dari PT Freeport Indonesia yang dikelola Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
Thalia, begitu ia akrab disapa, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya.
"Saya sangat bersyukur sebagai Generasi Muda Papua yang mendapatkan beasiswa tersebut, karena saya yakin bahwa dalam kesempatan yang besar, asal ada tekad dan juga semangat, semua akan tercapai," ujarnya.
Lebih dari sekadar meraih gelar dokter, Thalia menegaskan komitmennya untuk kembali ke tanah kelahirannya.
"Cepat atau lambat saya pasti akan balik ke Papua, khususnya Timika," tegasnya.
Baca juga: Wamendagri Ribka Haluk Dorong Sinergi Lembaga Percepat Pembangunan Papua
Terinspirasi dari Keterbatasan
Motivasi Thalia menempuh pendidikan kedokteran lahir dari pengalaman pribadi melihat keterbatasan layanan kesehatan di Papua.
"Pemerataan distribusi kesehatan itu kurang. Jadi saya ingin hadir menjadi solusi untuk mereka semua," katanya.
Sang ibu, Nurihfa Karupukaro, turut menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak pemberi beasiswa.
"Beasiswanya full dari biaya hidup dan biaya pendidikan," ucapnya.
Pesan dari Kampus
Dalam kesempatan itu, Rektor Unika Atma Jaya Prof. Yuda Turana berpesan agar para dokter baru selalu menjunjung nilai kemanusiaan.
"Jadilah dokter yang mampu melihat, bukan sekadar melihat Tuhan di pasien kalian, tetapi bagaimana pasien melihat Tuhan dalam diri kalian," tuturnya.
Sementara itu, Dekan FKIK Unika Atma Jaya, dr. Felicia Kurniawan, menekankan pentingnya peran dokter di tengah kemajuan teknologi kedokteran, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
"AI mampu melakukan banyak hal dengan akurasi tinggi dan kecepatan luar biasa. Namun, ada satu hal yang tidak bisa dilakukan oleh mesin, yaitu menyentuh hati manusia," jelasnya.
Felicia menambahkan, "Di sinilah peran kalian menjadi sangat penting. Karena itu, di tengah arus digitalisasi ini kalian harus tetap relevan, bukan bersaing dengan mesin tetapi berkolaborasi dengan bijak dengan tetap membawa nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan etika ke dalam setiap tindakan."
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
| Sekretaris MPR For Papua Desak Presiden Prabowo Selesaikan Konflik Bersenjata di Papua |
|
|---|
| Sosok Briptu Abraham Eliaser, Anggota Polres Asmat Meninggal Diserang Pria Mabuk |
|
|---|
| Polisi Asmat Briptu Abraham Eliaser Meninggal Dibacok Pria Mabuk, Ini Kronologinya |
|
|---|
| Harga BBM Pertamina per 1 November 2025: Pertalite Tetap Rp10.000 |
|
|---|
| Viral Bocah SD di Papua Minum dari Botol Bekas Sabun Cuci Piring, Guru dan Orang Tua Klarifikasi |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.