Pakar Parasitologi UI: Cacingan Tidak Menyebabkan Kematian Secara Langsung
Saat larva cacing masuk ke tubuh dan berada di usus halus, maka bisa menembus dinding usus halus dan bergerak menuju pembuluh darah, larva juga jalan.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Parasitologi dari Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Saleha Sungkar menyebut, cacingan bukanlah penyebab langsung kematian. Hal ini merespons kasus balita di Sukabumi, Jawa Barat bernama Raya (3) yang meninggal dunia karena tubuhnya banyak ditemukan cacing gelang.
Baca juga: Infeksi Cacing Gelang Renggut Nyawa Balita di Sukabumi, Kenali Gejala, Pengobatan dan Pencegahannya
Ia mengatakan, anak-anak di bawah usia 5 tahun merupakan kelompok berisiko terkena infeksi cacing gelang atau askariasis. "Cacingan tidak menyebabkan kematian secara langsung," kata dia kepada wartawan, Rabu (20/8/2025).
Namun, cacingan memiliki gejala seperti gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau justru sulit BAB sehingga membuat anak menjadi malnutrisi. "Cacingan menyebabkan kurang gizi dan penurunan daya tahan tubuh maka mudah terserang penyakit lain," tutur Prof Saleha.
Ia mengatakan, saat larva cacing masuk ke tubuh dan berada di usus halus, maka bisa menembus dinding usus halus dan bergerak menuju pembuluh darah. Larva ini bisa mengikuti aliran darah jantung, kemudian ke paru. Keberadaan larva di paru memicu batuk, sesak napas dan demam.
Prof Saleha menjelaskan, siklus hidup cacing gelang di rongga usus manusia. Cacing betina bertelur dan telur dikeluarkan bersama feses pada saat buang air besar.
Jika anak BAB di WC maka telur cacing masuk ke dalam septik tank dan mati. Namun saat anak BAB di tanah, maka telur cacing menetas di tanah dan berkembang menjadi telur yang berisi larva dalam waktu 3 minggu.
Saat anak-anak bermain di tanah dan telur cacing gelang menempel di tangan dan anak memegang makanan maka telur cacing ikut tertelan bersama makanan dan masuk ke usus lalu menetas menjadi larva di usus halus.
Baca juga: Ini Penyebab Tubuh Balita di Sukabumi Digerogoti Cacing Hingga Meninggal Dunia
Larva menembus dinding usus halus dan bergerak menuju pembuluh darah atau saluran limfe lalu dialirkan ke jantung, kemudian ke paru dan akhirnya menetap di usus. Larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa.
Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan. "Karena itu jangan BAB sembarangan (di kebun, di got, di halaman rumah). Rutin cuci tangan setelah kontak dengan tanah, sebelum makan dan sesudah BAB," pesan Prof Saleha.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah minum obat cacing setiap 6 bulan (albendazole 1 tablet atau pirantel pamoat). Tutup makanan agar tidak dihinggapi lalat karena lalat yang hinggap di tinja dapat memindahkan telur cacing ke makanan.
Publik dikejutkan dengan temuan mengejutkan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita perempuan meninggal setelah tubuhnya ditemukan dipenuhi oleh cacing.
Kasus balita Raya(3) menyita perhatian publik beberapa waktu belakangan ini. Kesedihan mendalam dirasakan masyarakat saat melihat cuplikan video Raya yang sedang terkapar dirawat di rumah sakit lantaran tubuhnya dipenuhi cacing. Bahkan cacing sempat keluar dari lubang hidung Raya yang lemas di bangsal rumah sakit dan membuat hati remuk redam siapapun yang melihatnya.
Balita Raya tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Raya tidak bisa memilih mau hidup seperti apa di dunia. Ia diberi Tuhan kehidupan dengan keluarga yang berlatar belakang tidak mampu. Ibu balita itu merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), sedangkan ayahnya mengidap penyakit Tuberkulosis atau TBC.
Sejak balita, Raya terbiasa di kolong rumah bersama ayam dan kotoran. Hal ini diduga menjadi pemicu bocah itu mengalami cacingan. Sementara itu, Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi membenarkan Raya merupakan warganya. Bocah berusia tiga tahun itu merupakan anak dari Udin (32) dan Endah (38).
Baca juga: Balita di Sukabumi Meninggal Akibat Cacingan Akut, Dedi Mulyadi: Bupati Harus Kerja Keras
Wardi mengungkapkan, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025. Raya sempat mengalami demam dan didiagnosis menderita penyakit paru-paru.
Namun, karena keluarganya tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), pengobatan Raya mengalami kendala. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut menyorot meninggalnya Raya. Ia kemudian akan memberikan sanksi kepada instrumen yang tidak menjalankan tugasnya terhadap Raya, balita yang meninggal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.