Konflik Suriah
Rusia Kembali Jamah Suriah: Lanjutkan Penerbangan Militer Seiring Mencairnya Hubungan Pasca-Assad
Rusia memandang, dua pangkalan militer di Suriah sebagai hal penting di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat atas invasi ke Ukraina
Rusia Kembali Jamah Suriah: Lanjutkan Penerbangan Militer Seiring Mencairnya Hubungan Pasca-Assad
TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah memulai kembali penerbangan militer ke pangkalan udaranya di Suriah setelah jeda enam bulan sebagai tanda kehadiran baru di negara itu setelah penggulingan Bashar al-Assad.
Media Bloomberg melaporkan hal tersebut merujuk pada data pelacakan penerbangan, dikutip Jumat (31/10/2025).
Baca juga: Iran Potensial Beli Jet J-10C China: Langit Suriah Bakal Jadi Arena Pertempuran Lawan F-35 Israel
"Sebuah pesawat angkut Il-62 dan jet kargo berat An-124 baru-baru ini mendarat di pangkalan udara Hmeimim di provinsi pesisir Latakia," tulis laporan kantor berita tersebut mengutip data platform Flightradar24.
Jet kargo An-124-100 Ruslan dilaporkan tiba di sana tiga kali antara Jumat dan Rabu.
Pesawat angkut Il-26M dikabarkan telah terbang dengan rute wilayah Libya-Latakia-Moskow Minggu lalu.
Bloomberg mengatakan sebuah sumber yang dekat dengan Kremlin mengonfirmasi dimulainya kembali penerbangan militer ini.
Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri Rusia, serta Kementerian Informasi Suriah, belum menanggapi permintaan komentar.
Rekam Jejak Rusia di Suriah
Rusia memiliki dua pangkalan militer di Suriah, tepatnya di Kota Hmeimim dan Kota Tartus.
Kedua pangkalan militer ini untuk mendukung operasi udara dan logistik sejak Rusia pada September 2015 memberikan dukungan nyata bagi pihak Assad dalam perang saudara Suriah, yang pecah pada tahun 2011.
Sejak itu, pemerintah Barat dan kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Rusia melakukan pengeboman tanpa pandang bulu yang menewaskan ribuan warga sipil dan menghancurkan daerah perkotaan.
Namun, akses Rusia ke Hmeimim dan fasilitas angkatan lautnya di Tartus menjadi tak menentu setelah Assad jatuh dan melarikan diri dari keruntuhan rezimnya dan menetap di Moskow Desember lalu.
Rusia kemudian memberikan suaka kepada pemimpin terguling tersebut.
Meskipun Moskow sebelumnya mendukung Assad, namun pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, rupanya berupaya menjaga hubungan yang stabil dengan Rusia seiring dengan prospeknya di masa mendatang.
Ahmed al-Sharaa, yang mengambil alih pemerintahan transisi Suriah, bahkan bertemu Presiden Vladimir Putin di Moskow pada 15 Oktober untuk membahas status pangkalan Rusia, di antara isu-isu lainnya.
Konflik Suriah
| Bantuan Tiba di Suwayda, PBB Peringatkan Krisis Kemanusiaan Parah Akibat Konflik dan Pengungsian |
|---|
| Suriah Siapkan Pemilu Parlemen Pertama Pasca Jatuhnya Rezim Assad, Digelar September Tahun Ini |
|---|
| Israel Meriang, Turki akan Beli 40 Jet Tempur Eurofighter Typhoon dari Jerman |
|---|
| Tiga Percobaan Pembunuhan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa dalam 7 Bulan, Upaya Terakhir Paling Nekat |
|---|
| Prancis, Inggris, dan Jepang Sambut Baik Gencatan Senjata di Suwayda, Suriah |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.