Sabtu, 23 Agustus 2025

Bertemu Anies di Pasar Rau Serang, Tito Karnavian Ajak Bahas Beras SPHP

Anies Fuad yang nama depannya mirip mantan Gubernur DKI Jakarta, tersebut sehari-harinya berdagang beras di Pasar Rau.

Tribunnews/Endrapta
TITO DAN ANIES BERAS - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian ketika melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Rau, Serang, Banten, Rabu (20/8/2025). Di pasar ini Tito bertemu pedagang beras bernama Anies Fuad. 

 

TRIBUNNEWS.COM, SERANG - Ada momen menarik ketika Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Rau, Serang, Banten, siang tadi, Rabu, 20 Agustus 2025.

Saat itu melakukan sidak bersama Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani, Tito bertemu pedagang beras bernama Anies.

Anies Fuad yang nama depannya mirip mantan Gubernur DKI Jakarta, tersebut sehari-harinya berdagang beras di Pasar Rau.

Saat rombongan Tito menyambangi kios Anies dan mereka menanyakan perkembangan harga beras SPHP, Anies Fuad menyatakan kondisinya aman. Sampai obrolan ini Tito dan rombongan tidak tahu siapa nama pedagang yang diajaknya mengobrol. 

Kemudian, setelah membahas seputar beras, Arief Prasetyo Adi bertanya siapa nama dari pedagang tersebut.

"Pak, siapa namanya?" Penjual berbaju merah itu menjawab, "Anies Fuad." Arief pun merespons dengan guyon. 

"Waduh, mantan Gubernur DKI berarti."

Tito tak ketinggalan berkelakar. "Saudara satu nenek moyang," katanya sambil tersenyum.

Dalam kesempatan tersebut, mereka juga berbincang mengenai polemik beras oplosan yang sedang ramai di masyarakat.

Di situ, Arief menjelaskan bahwa beras yang tidak boleh dioplos adalah beras SPHP dengan jenis beras lain. Praktik mencampurkan beras yang boleh itu seperti mencampur beras antar varietas, di mana ini tak merugikan konsumen.

Anies menjelaskan, para pedagang mencampur beras bukan hanya demi meraih keuntungan, tetapi juga untuk mendapatkan harga sekaligus rasa yang pas.

Ia mencontohkan ketika membeli beras dari Karawang dan Indramayu yang masing-masing memiliki ciri khas berbeda.

"Ini beras dari Karawang terlalu pulen, (makanya dicapir beras) dari Indramayu biar pas. Jadi, enggak semata-mata mengoplos itu buat keuntungan," ujarnya.

Tito sepakat dengan Anies dengan menyebut rasa beras itu kembali lagi ke preferensi masyarakat.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan